Dalam ajaran Islam, kebersihan merupakan bagian dari iman. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam sangat menekankan pentingnya menjaga diri dari najis, terutama air kencing. Hal ini tercermin dalam beberapa hadis, di antaranya:
- "Barang siapa yang mengatakan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah kencing berdiri, maka jangan percaya padanya. Beliau tidak pernah kencing kecuali dalam keadaan duduk." (HR. Tirmidzi dan An Nasai dari Aisyah. Shohih)
- “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar bersama kami dan di tangannya terdapat sesuatu yang berbentuk perisai, lalu beliau meletakkannya kemudian beliau duduk lalu kencing menghadapnya.” (HR. Abu Daud, An Nasa’i, Ibnu Majah, dan Ahmad. Shohih)
- “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mendatangi tempat pembuangan sampah milik suatu kaum. Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam kencing sambil berdiri. Kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam meminta diambilkan air. Aku pun mengambilkan beliau air, lalu beliau berwudhu dengannya.” (HR. Bukhari dan Muslim).
- ‘Umar –radhiyallahu ‘anhu- berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatku kencing sambil berdiri, kemudian beliau mengatakan, “Wahai ‘Umar janganlah engkau kencing sambil berdiri.” Umar pun setelah itu tidak pernah kencing lagi sambil berdiri.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah. Dhoif)
- “Tiga perkara yang menunjukkan perangai yang buruk: [1] kencing sambil berdiri, [2] mengusap dahi (dari debu) sebelum selesai shalat, atau [3] meniup (debu) di (tempat) sujud.” (HR Bukhari dalam At Tarikh dan juga oleh Al Bazzar. Dhoif)
Hadis ini menunjukkan bahwa Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam lebih memilih posisi duduk saat buang air kecil, sebagai bentuk kehati-hatian agar tidak terkena najis. Hadis lain bahkan menyebutkan bahwa:
"Kebanyakan azab kubur disebabkan karena tidak bersih dari air kencing."(HR. Ibnu Majah).
"Sesungguhnya kedua penghuni kubur ini sedang disiksa. Dan keduanya disiksa bukan karena perkara yang berat. Orang pertama disiksa karena tidak membersihkan dirinya dari air kencing. Orang kedua disiksa karena dirinya berjalan kesana kemari menebarkan namimah (adu domba)." (HR. Bukhari dan Muslim)
Secara ilmiah, fenomena ini dapat dijelaskan melalui ilmu fisika, bahkan telah menjadi objek penelitian serius oleh para ilmuwan.
Tinjauan Fisika: Mengapa Kencing Berdiri Menyebabkan Percikan?
Fenomena percikan saat buang air kecil dalam posisi berdiri dikenal dalam fisika sebagai splashing. Ketika cairan jatuh dari ketinggian dan menabrak permukaan keras, energi kinetik dari cairan menyebabkan partikel air terpental ke berbagai arah, menghasilkan percikan kecil maupun besar. Ini menjadi lebih parah saat posisi buang air dilakukan sambil berdiri karena jarak dan kecepatan jatuhnya cairan lebih tinggi.
Faktor-faktor yang memengaruhi percikan antara lain:
- Ketinggian jatuh: Semakin tinggi posisi berdiri, semakin kuat dampak yang dihasilkan cairan saat menyentuh permukaan toilet.
- Sudut datang: Cairan yang jatuh dengan sudut tegak lurus akan menciptakan percikan yang lebih luas dibandingkan sudut miring.
- Jenis permukaan: Permukaan keras seperti porselen memperbesar potensi pantulan cairan.
Penelitian dari Splash Lab: Bukti Ilmiah yang Kuat
Temuan ilmiah menarik datang dari Splash Lab, sebuah laboratorium penelitian di Brigham Young University (BYU), Amerika Serikat. Dua ilmuwan, Randy Hurd dan Tadd Truscott, melakukan eksperimen untuk mengetahui bagaimana cairan seperti air seni memercik ketika mengenai permukaan keras saat buang air kecil.
Dalam penelitian mereka, Hurd dan Truscott menggunakan model fisika cairan dan kamera berkecepatan tinggi untuk mengamati perilaku air kencing dalam berbagai posisi dan sudut. Hasilnya menunjukkan bahwa kencing dalam posisi berdiri menghasilkan lebih banyak percikan dibandingkan posisi duduk. Bahkan saat dilakukan secara hati-hati, percikan mikro tetap terjadi dan dapat menyebar hingga radius lebih dari satu meter, terutama jika aliran air kencing mengenai permukaan secara langsung dari atas.
Randy Hurd dalam wawancaranya menyebutkan bahwa salah satu solusi untuk mengurangi percikan adalah mengubah sudut aliran air dan memposisikan diri lebih dekat ke permukaan, namun cara terbaik tetaplah kencing dalam posisi duduk. Posisi ini secara signifikan menurunkan kecepatan jatuh air seni, memperkecil energi tumbukan, dan otomatis meminimalisasi percikan.
Apa yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam lebih dari 1400 tahun lalu kini terbukti secara ilmiah. Penelitian dari Splash Lab BYU mendukung praktik buang air kecil dalam posisi duduk untuk mencegah tercemarnya tubuh dan pakaian oleh percikan air seni. Ini menunjukkan bahwa ajaran Islam sangat memperhatikan aspek kebersihan dan kesehatan umatnya.Dengan memahami perspektif fisika dan mengikuti sunnah Nabi, kita dapat menjaga kebersihan diri secara lebih optimal. Maka dari itu, buang air kecil dengan duduk bukan hanya soal adab, tetapi juga pilihan logis berdasarkan sains modern. Wallohu'alam