Beberapa negara telah berdebat mengenai asal-usul dan tempat pemakaman terakhir dari tokoh kontroversial yang memimpin ekspedisi yang didanai Spanyol pada tahun 1490-an, yang membuka jalan bagi penaklukan Eropa di Amerika.
Penjelajah abad ke-15 Christopher Columbus yang menemukan Benua Amerika, ternyata adalah seorang Yahudi Sephardi dari Eropa Barat. Temuan mengejutkan ini diumumkan ilmuwan Spanyol pada Minggu (13/10/2024), setelah menggunakan analisis DNA untuk memecahkan misteri yang telah berusia berabad-abad.
Banyak sejarawan mempertanyakan teori bahwa Columbus berasal dari Genoa, Italia. Teori lain menyebutkan bahwa Columbus adalah orang Yahudi Spanyol, Yunani, Basque, Portugis, bahkan Inggris.
Untuk memecahkan misteri tersebut, para ilmuwan mengadakan investigasi selama 22 tahun yang dipimpin oleh ahli forensik Miguel Lorente. Mereka menguji sampel-sampel kecil dari sisa-sisa jasad yang dikubur di Katedral Seville, yang telah lama ditandai oleh pihak berwenang di sana sebagai tempat peristirahatan terakhir Columbus.
Mereka membandingkannya dengan milik kerabat dan keturunan yang diketahui dan temuan mereka diumumkan dalam sebuah dokumenter berjudul "DNA Columbus: Asal usul yang sebenarnya" di stasiun penyiaran nasional Spanyol TVE pada akhir pekan lalu.
"Kami memiliki DNA dari Christopher Columbus, sangat parsial, tetapi cukup. Kami memiliki DNA dari Hernando Colón, putranya," kata Lorente dalam program tersebut.
"Dan baik dalam kromosom Y (laki-laki) maupun dalam DNA mitokondria (yang ditularkan oleh ibu) Hernando terdapat sifat-sifat yang sesuai dengan asal-usul Yahudi," katanya.
Sekitar 300.000 orang Yahudi tinggal di Spanyol sebelum Penguasa Kerajaan Spanyol Isabella dan Ferdinand, memerintahkan orang Yahudi dan Muslim untuk pindah ke agama Katolik atau meninggalkan negara itu. Banyak yang kemudian pindah ke penjuru dunia.
Kata Sephardic berasal dari Sefarad, atau Spanyol dalam bahasa Ibrani.
Setelah menganalisis 25 kemungkinan tempat, Lorente mengatakan hanya mungkin untuk mengatakan Columbus dilahirkan di Eropa Barat.
Pada hari Kamis (10/10/2024), Lorente mengatakan mereka telah mengonfirmasi teori sebelumnya bahwa jenazah di Katedral Seville adalah jasad Columbus.
"Penelitian tentang kewarganegaraan Columbus menjadi rumit karena sejumlah faktor termasuk banyaknya data. Namun, hasilnya hampir sepenuhnya dapat diandalkan," kata Lorente.
Columbus meninggal di Valladolid, Spanyol, pada tahun 1506. Namun ia ingin dimakamkan di pulau Hispaniola yang kini menjadi wilayah Republik Dominika dan Haiti. Jenazahnya dibawa ke sana pada tahun 1542, kemudian dipindahkan ke Kuba pada tahun 1795 dan kemudian dipindahkan ke Seville (Sevila) pada tahun 1898.