Perusahaan pembuat mobil
berlomba-lomba membuat
mobil yang tidak saja dapat melindungi orang-orang yang
berada di dalamnya saat terjadi
kecelakaan, melainkan juga
membuat perangkat yang
mem-bantu pengemudi
menghindari terjadinya kecelakaan. Untuk itu, dilakukan beberapa inovasi, antara lain,
memperkuat kerangka mobil, memasang sabuk pengaman (seatbelt),
sampai melengkapi mobil dengan kantong udara (airbag). Semua
perangkat ini dinamakan perangkat keamanan pasif (passive safety).
Pertama, untuk mengurangi resiko
fatal pada kecelakan frontal, bagian depan dan belakang mobil didesain
agar dapat menggumpal secara perlahan, Hal ini akan memperlama
selang waktu kontak, sehingga dapat mengurangi gaya impulsif pada
pengemudi (ingat kembali materi pada bab ini).
Kedua, saat terjadi
tabrakan mobil akan berhenti dalam waktu singkat. Karena adanya
momen inersia (hukum I Newton), maka pengemudi akan bergerak ke
depan dengan kelajuan yang sama dengan kelajuan mobil sesaat sebelum
tabrakan. Oleh pembuat mobil, hal ini disiasati dengan dibuatnya kantong
udara (airbag) yang terletak antara pengemudi dan kemudi. Kantong
udara ini akan mengembang seketika setelah terjadi tabrakan.Kantong
udara juga dibuat lunak sehingga impuls yang diberikan kantong udara
akan berlangsung lebih lama.
Ketiga, meski telah dilengkapi kantong
udara, jika kelajuan mobil besar sebelum terjadi tabrakan, maka
kemungkinan pengemudi menabrak kemudi masih sangat besar. Oleh
karena itu, didesain sabuk pengaman yang dapat memberhentikan
pengemudi setelah menempuh jarak aman. Jarak aman adalah jarak antara
pengemudi dan kemudi, kira-kira 50 cm.
Selain usaha mendesain perangkat keamanan pasif, para pembuat
mobil juga mengembangkan seperangkat alat yang membantu pengemudi
menghindari terjadinya tabrakan. Alat-alat ini dinamakan keamanan aktif
(active safety). Misalnya, ABS (antilock braking system), EBD (electronic braking
force-distribution), BA (brake assist), dan ESP (electronic stability progame).
Coba kalian cari tahu tentang cara kerja sistem ini.
Pada saat ini, nilai bintang lima diberikan pada mobil yang
dikategorikan mobil aman. Mobil aman merupakan mobil yang dapat
melindungi orang-orang yang berada di dalamnya dari kemungkinan
cedera fatal karena kecelakaan. Namun, meski telah mendapat bintang
lima, sebuah mobil tetap tidak dapat melindungi orang-orang di dalamnya
jika alat-alat tersebut tidak digunakan. Berdasarkan study yang dilakukan
di beberapa negara, 80% dari kecelakaan yang terjadi di jalan raya
disebabkan karena kesalahan pengemudi (human error). Sisanya, terjadi
karena hal-hal lain seperti karena pengemudi yang lain, pejalan kaki, ban
pecah, jalan rusak, dan rem blong. Jadi, tetap berhati-hatilah saat berada
di jalan raya.
(Dikutip seperlunya dari harian umum, Kompas, Jumat, 20 Oktober, 2006)