Langit yang dekat dihiasi bintang-bintang, bermakna bahwa yang kita lihat sebagai bintang-bintang memang berada di langit yang dekat. Di langit yang jauh kita tidak mungkin bisa melihatnya dengan mata telanjang, karena terlalu redup. Di langit, bintang-bintang itu tampak oleh kita membentuk rasi yang posisinya tetap pada peta langit, sehingga bisa dijadikan sebagai pemandu arah. Semuanya tersusun teratur seimbang. Sehingga dengan keteraturan itu, semuanya berjalan tanpa bertabrakan secara acak, sehingga Al-Qur╨an mengungkapkannya bahwa langit mempunyai jalan-jalan. Semuanya telah mempunyai ukuran, sehingga secara umum dengan mempelajari keteraturannya, manusia dapat memperkirakan perilaku benda langit itu untuk dimanfaatkan, misalnya dalam peluncuran satelit dan pesawat antariksa serta perhitungan waktu.
infoastronomy.org |
Gambaran umum tentang struktur langit atau alam semesta, kemudian digali lebih lanjut dengan ilmu pengetahuan yang terus berkembang. Kita diberi cara oleh Allah untuk membaca langit yang sangat jauh, karena cahaya yang diberikan Allah kepada benda-benda langit itu telah menjadi bahasa yang digunakan alam menceritakan dirinya yang jauh dari jangkauan rabaan tangan manusia. Karena kita mengenal langit (benda-benda langit) melalui pendeteksi gelombang elektromagnetik (sinar-x, sinar ultraviolet, cahaya tampak, sinar inframerah, gelombang radio, dan sinar gamma), dalam astronomi, cahaya dan gelombang elektromagnetik (EM) lainnya dianggap sebagai bahasa universal. Semua benda langit bercerita tentang dirinya dengan pancaran gelombang EM. Fisika dan matematika menjadi juru bahasanya. Karena gelombang EM tersebut memerlukan waktu untuk mencapai bumi, berarti semakin jauh kita menembus langit, kita dapat membaca kisah alam semesta jauh ke masa lalu. Misalnya, matahari kita pada jarak 150.000.000 km cahayanya sampai ke bumi 8 menit. Artinya, kejadian yang kita lihat di matahari adalah kejadian 8 menit lalu. Galaksi yang jauhnya sekian miliar tahun, berarti membawa cerita tentang kondisi alam semesta sekian miliar tahun lalu. Pancaran gelombang radio latar belakang (Background Radiation Microwave) yang terpancar dari segenap penjuru langit menceritakan awal mula alam semesta. Objek yang sangat panas, seperti pada peristiwa tumbukan materi yang sangat kuat akibat tarikan Lubang Hitam (Black Hole), bercerita tentang dirinya dengan pancaran sinar-X.
Dengan fisika dapat ditafsirkan bahwa objek itu sangat panas dan dapat dikaji apa yang mungkin menyebabkannya. Objek-objek yang sangat dingin, seperti “embrio” bintang (protostar), bercerita banyak kepada astronom dengan pancaran sinar infra merah dan gelombang radio. Galaksi-galaksi yang sedang berlari menjauh memberikan pesan lewat spektrum cahayanya yang bergeser ke arah merah (red shift).
Sayangnya, sebagian besar materi di alam semesta tak memancarkan gelombang EM tersebut. Itulah yang dinamakan “dark matter” (materi gelap). ‘Materi gelap’ itu mencakup objek raksasa yang runtuh ke dalam intinya (misalnya Black Hole atau Lubang Hitam yang menyerap semua cahaya), objek seperti bintang namun bermassa kecil hingga tak mampu memantik reaksi nuklir di dalamnya (yaitu objek katai coklat), atau partikel-partikel sub elementer. Penemuan di penghujung abad 20 baru lalu bahkan lebih mengagetkan (karena tidak terduga sebelumnya) para pakar kosmologi sendiri: Ternyata hanya 4% isi alam semesta yang kita kenali materinya (materi barionik, terbuat dari proton dan netron). Selebihnya 23% ‘materi gelap’ (non-barionik) dan 73% berupa ‘energi gelap’ (dark energy, istilah baru dalam kosmologi modern).
bersambung......