"Dialah yang menjadikan malam bagimu agar kamu beristirahat padanya dan menjadikan siang terang benderang. Sungguh, yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang yang mendengar." (QS YÅ«nus 10/:67)
Allah menciptakan malam dan siang agar terciptanya keseimbangan hidup makhluk-makhluk-Nya. Siang hari Allah jadikan sebagai sarana beraktivitas, sementara malam hari Allah jadikan sebagai sarana untuk beristi-rahat. Tubuh tidak akan bisa melakukan aktivitas terus menerus tiada henti. Allah berfirman:
"Katakanlah (Muhammad), “Bagaimana pendapatmu, jika Allah menjadikan untukmu malam itu terus-menerus sampai hari Kiamat. Siapakah tuhan selain Allah yang akan mendatangkan sinar terang kepadamu? Apakah kamu tidak mendengar?” (QS al-QaÈ™aÈ™/28: 71)
Siang dan malam datang silih berganti. Secara sederhana orang beranggapan bahwa malam dan siang terjadi disebabkan matahari. Siang terjadi karena matahari menerangi bumi, dan malam terjadi karena cahaya matahari telah menghilang. Tetapi apa sebabnya matahari terbit dan terbenam?
Dulu sebagian orang berpendapat bahwa terjadinya siang dan malam merupakan akibat matahari yang berputar mengelilingi bumi. Ternyata itu anggapan yang salah. Matahari tidak mengitari bumi, namun bumilah yang mengitari matahari. Hal ini diketahui berdasarkan pengamatan yang dilaku-kan di antariksa bahwa bumi senan-tiasa berputar. Bagian bumi yang menghadap matahari menjadi terang, sehingga terjadilah siang. Bagian yang membelakangi matahari menjadi gelap, sehingga terjadilah malam.
Akibat rotasi bumi itu, matahari dan semua benda langit terlihat terbit dan terbenam. Bulan dan bintang tampak terbit dari timur dan terbenam di se-belah barat. Sebenarnya kedudukan benda-benda langit itu tidak berubah, namun rotasi bumi mengesankan ada-nya perpindahan posisi dari benda-benda langit tersebut. Konsep satu hari dalam astronomi terkait dengan fenomena rotasi planet bumi dan revolusi bumi mengelilingi matahari. Kedudukan sumbu rotasi bumi yang miring sekitar 23,5 derajat terhadap sumbu bidang orbit bumi mengelilingi matahari, dan orbit bumi berbentuk elips dapat menimbulkan masalah bila dipergunakan sebagai acuan. Detak jarum jam tidak bisa bergerak teratur merefleksikan kedu-dukan matahari yang sebenarnya. Kondisi ini melahirkan konsep matahari rata-rata, yaitu matahari fiktif ideal yang secara keseluruhan menggambarkan kondisi matahari, periode orbit bumi mengelilingi matahari sebenarnya sama dengan periode orbit bumi mengelilingi matahari rata-rata. Matahari rata-rata adalah matahari ideal yang selalu berada di ekuator langit dan bumi mengorbit dalam bentuk lingkaran sempurna. Matahari rata-rata ini dipergunakan sebagai acuan sistem jam matahari. Selain konsep hari matahari, manusia dapat mengembangkan konsep hari lainnya misalnya ada konsep hari bintang atau hari bulan dan sebagainya. Satu hari umumnya berasosiasi dengan acuan matahari atau dinamakan hari matahari atau “hari”.
Untuk keperluan praktis bagi
manusia, transit matahari rata-rata
melewati meridian pengamat, sehingga dapat dijadikan acuan untuk pengukuran selang waktu satu hari. Satu
hari matahari rata-rata adalah selang
waktu berulangnya dua kali transit
matahari rata-rata secara berurutan
pada meridian pengamat yang sama.
Didefenisikan 1 hari matahari rata-rata
= 24 jam waktu (matahari). Waktu
matahari rata-rata atau waktu matahari
ini yang dipergunakan manusia di
seluruh dunia sebagai penera waktu
pada jam tangan, jam dinding, dan
jam digital. Satu jam matahari rata-rata sama di semua tempat, baik di
Amerika, Indonesia, Arab Saudi, Rusia,
Jepang, atau Eropa. Satu hari matahari
rata-rata merupakan hasil perpaduan
antara rotasi (putaran bola bumi
terhadap poros atau sumbu rotasi
bumi) dan revolusi bumi (gerak bumi
mengorbit matahari). Rotasi bumi
memerlukan waktu 23 jam 56 menit. Akibat revolusi bumi, ada tambahan 4 menit agar pengamat di bumi melihat matahari (rata-rata) pada posisi yang sama. Jadilah satu hari matahari rata-rata atau satu hari sama dengan 24 jam.
Dalam dunia astronomi dikenal ada jam matahari dan jam bintang atau jam sideris. Jam bintang berjalan sekitar 3 menit 56 detik lebih cepat dari jam matahari. Jam bintang lebih bermanfaat untuk mengetahui benda langit atau bintang yang berada di atas meridian pengamat. Manusia lebih akrab menggunakan jam matahari untuk keperluan hidup sehari-hari. Berbagai fenomena yang diakibatkan rotasi dan revolusi bumi mengelilingi matahari dapat diamati manusia. Misalnya, fenomena terbit dan terbe-nam matahari, fenomena terbit dan terbenam bintang, fenomena kulminasi atas dan kulminasi bawah mata-hari, fenomena kulminasi atas dan kulminasi bawah bintang dsb. Dengan memahami fenomena alam tersebut dan sistem waktu matahari maka isyarat waktu yang berkaitan dengan fenomena alam dalam Al-Qur'an dapat diterjemahkan atau dibaca dalam jam matahari. Seperti halnya jadwal waktu salat tinggal melihat jam matahari di tangan atau jam dinding atau media lainnya.
Sumber: Tafsir Ilmi, Waktu dalam Perspektif Al Quran dan Sains