Meskipun anekdotnya Voltaire menembus publisitas, namun catatan yang lebih bisa dipercaya datang dari Stukeley dalam karyanya Memoirs of Sir Isaac Newton's Life (1752). Stukeley mengunjungi Sir Isaac Newton ketika Newton telah lanjut usia, dan Stukeley menggambarkan percakapan mereka demikian:
Setelah makan malam, setelah cuaca menghangat, kami pergi ke taman dan minum teh, di bawah keteduhan beberapa pohon apel, hanya dia dan saya sendiri. Di tengah pembicaraan lain, dia mengatakan kepada saya bahwa dia sedang dalam situasi yang sama, persis seperti ketika sebelum gagasan gravitasi melintas di benaknya. Sebuah apel, jatuh tepat ketika dia sedang duduk dalam suasana yang kontemplatif. Mengapa apel itu jatuhnya tegak lurus terhadap tanah, pikirnya. Mengapa apel itu tidak jatuh menyamping atau ke atas, kenapa selalu jatuh ke arah pusat bumi? Yakinlah, bahwa alasannya adalah karena ada gaya tarik mengarah ke bumi. Pasti ada gaya tarik yang sedang berlangsung, dan pusat gaya tarik pastilah di pusat bumi, bukan di sisi-sisinya sebelah mana pun, Oleh karena itu, apel jatuh secara tegak lurus, atau mengarah ke titik pusat. Jika satu benda bisa menarik benda lainnya, pastilah sebanding dengan proporsi jumlahnya. Oleh karena itu apel menarik bumi dan bumi pun menarik apel. Dan bahwa ada suatu gaya, seperti yang di sini kita sebut gravitasi, yang meluas ke alam semesta.
Maka, secara bertahap Newton mulai menerapkan sifat gravitasi ini terhadap perakan bumi dan benda-benda angkasa, untuk menghitung jarak, ukuran dan revolusi periodiknyaj untuk mencari tahu, bahwa sifat ini berhubungan dengan suatu gerak progresif yang ditekankan kepada benda-benda angkasa sejak awal masa berputar mereka, menjaga senyua planet agar tidak saling berbenturan, atau agar tidak bersama. sama jatuh mengarah ke satu titik: dan demikianlah Newton menyingkapkan misteri Alam Semesta. Ini merupakan kelahiran dari penemuan-penemuan yang mengagumkan, dan lewat semua ini Newton membangun suatu filosofi yang berdasar kuat, yang menakjubkan seluruh Eropa.
Dalam buku Isaac Newton: A Biography (1934), L. T. More mengungkapkan insiden buah apel yang terkenal itu dengan cara yang lebih imajinatif, yang menckankan aspek serendipity dalam kejadian tersebut, saat kejadian ini berbenturan dengan ”pikiran siap”-nya Sir Isaac:
Saat itu Isaac baru saja lulus dari kuliah dan cukup berhasil memperoleh beasiswa, Saat masih anak-anak, dia menghabiskan waktu di peternakan, merenungkan tindakantindakan kekanak-kanakan yang menarik minatnya, dan sekarang dia kembali lagi, sebagai lelaki dewasa, dia ambil kembali masa lalunya, namun saat ini pikirannya penuh dengan ide-ide yang mendalam, dan hasil renungannya akan mengubah arah semua pemikiran masa depan. Setiap sore hari di musim panas, Isaac duduk di kebun anggrek, yang sampai sekarang masih ada di dekat rumah tua terbuat dari batu, suatu hari, sebuah apel jatuh di dekat kakinya. Sebenarnya hal ini merupakan kejadian sepele yang bisa dilihat ribuan kali, tapi saat itu, ibarat sebuah tombol saklar kecil yang dipencet untuk menyalakan sebuah mesin besar untuk beroperasi, kejadian sederhana ini menjadi pendongkrak pikiran Isaac untuk beraksi. Seperti sebuah visi, Isaac melihat bahwa jika gaya tarik bumi yang misterius tersebut bisa berlangsung melalui ruang sejauh dan setinggi pohon apel, puncak gunung, atau bahkan setinggi terbangnya burung atau setinggi awan, maka hal itu pun akan bisa terjadi jika ketinggiannya adalah setinggi bulan. Jika memang demikian kasusnya, maka bulan akan seperti sebuah batu yang dilemparkan secara horizontal, selalu akan jatuh mengarah ke bumi, tetapi bulan tidak pernah menyentuh tanah, karena gerakannya sendiri, mengarahkannya menjauhi garis cakrawala. Betapa sederhananya! Namun bahkan Galileo pun yang telah memecahkan masalah proyektil, tidak memiliki imajinasi yang cukup untuk menebak bahwa Bulan sebenarnya hanya sekedar proyektil yang bergerak cukup cepat melewati bumi. Demikian juga Huygens yang telah membakukan hukum gaya dan gerak sentrifugal, dia juga tak mampu menembus rahasia ini. Mungkin bahkan kejeniusan Newton tidak sekedar menebak hukum gaya tarik, tetapi Newton langsung menempatkan dirinya untuk memperhitungkan apa yang menjadi hukum gaya yang bisa menahan bulan agar tetap berada di orbitnya.
Ada suatu pernyataan oleh Sir David Brewster dalam biografinya yang berjudul Memoirs of the Life, Writings and Discoveries of Sit Isaac Newton, yang lebih lanjut mendukung kebenaran kisah buah apel ini: "Saya lihat pohon apel itu pada tahun 1814 dan mengambil sepotong dari salah satu akarnya. Pohon apel itu akhirnya jadi membusuk dan harus ditebang pada tahun 1820. Kayu pohon itu dirawat dengan baik oleh Mr. Turnor dari Stoke Rocheford.”
Sumber: Serendipity: Penemuan-Penemuan Bidang Sains Yang Tidak Disengaja