Penulis: Arif Al Fatah |
Semesta sebagai ayat kauniyah menawarkan manfaat, keindahan, dan ketakjuban bagi kaum yang mau membaca (iqro’) dan mempergunakan akalnya. Mentadaburi ayat-ayat Nya yang terdampar dan termaktub di hadapan kita merupakan salah satu aktivitas ibadah yang sangat menyenangkan serta memberikan kenikmatan tersendiri, terkhusus bagi jiwa-jiwa saintis. Pada kesempatan ini, sejenak marilah kita tadabur firman Alloh Subhanahu Wa Ta’ala:
"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya, Dia memperlihatkan kepadamu kilat untuk (menimbulkan) ketakutan dan harapan, dan Dia menurunkan hujan dari langit, lalu menghidupkan bumi dengan air itu sesudah matinya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mempergunakan akalnya". (QS. Ar Ruum: 24)
"Dia-lah Tuhan yang memperlihatkan kilat kepadamu untuk menimbulkan ketakutan dan harapan, dan Dia mengadakan awan mendung".(QS. Ar Ra’d: 12)
Imam Suyuti Rohimahulloh dalam tafsir Al Jalalainnya menerangkan, bahwa kilatan petir merupakan kilatan cahaya dari cambuk Malaikat untuk menggiring mendung. Berdasarkan hadits marfu’;
"Ar Ro’du adalah malaikat yang diberi tugas mengurus awan dan bersamanya cambuk kilat yang menggirig awan sesuai dengan kehendak Alloh".(HR. Tirmidzi: 3117)*
Sedangkan Imam ahli tafsir Ibnu Katsir Rohimahulloh memaparkan penjelasan salah seorang Tabi’in (murid Sahabat nabi) tentang maksud ketakutan dan harapan dalam surat Ar Ruum: 24 dan Ar Ra’d: 12, yaitu; Menurut Qotadah Rohimahulloh, “Ketakutan adalah untuk orang bepergian yang takut tertimpa bahaya dari kilat itu dan kesulitan yang ditimbulkannya. Sedangkan harapan adalah untuk orang yang muqim yang berharap berkah dan manfaatnya serta mengharap rizki Alloh."
Secara umum, minimal ada dua narasi sains mendasar yang bisa kita petik pelajaran dari fenomena kilat.
Pertama, bahwa hadirnya kilat mengandung ancaman dan bahaya yang sangat besar sehingga manusia dituntut untuk bisa waspada.
Kedua, munculnya kilat juga menyimpan manfaat atau memberikan harapan bagi kaum yang mau menggunakan akalnya untuk memikirkannya.
Kilat sebagai cambuk malaikat, bagi kaum yang diberi hidayah ilmu, merupakan tema kajian menarik untuk diteliti. Konon, Benyamin Franklin pada tahun 1750 M adalah orang yang pertama kali mengkaji lebih dalam tentang fenomena kilat dan berkesimpulan bahwa petir (halilintar dan kilat) adalah fenomena kelistrikan, tepatnya listrik statis. Beliau jugalah orang yang pertama kali menelurkan ide serta mampu membuat “penangkal petir”.
Tafsir Saintis tentang Kilat
Dengan menafsirkan bahwa cambuk malaikat yang kita sebut kilat merupakan fenomena kelistrikan, menjadi semakin menarik bagi kita untuk mencari tahu lebih lanjut tentang bagaimana proses fisis penjelasan terjadinya fenomena tersebut. Menurut penelitian selama ini, sementara disimpulkan bahwa kilatan petir menyimpan muatan listrik yang besar dan memiliki perilaku ‘sangat suka hinggap’ di ujung-ujung lancip sebuah benda. Bagian ujung lancip benda memiliki kemampuan menarik muatan yang lebih efisien untuk disalurkannya ke Bumi. Perilaku tersebut menginspirasi Franklin untuk membuat “penangkal petir”.
Malaikat menggiring makhluk awan menggunakan cambuk kilat, fenomena tersebut kita bahasakan bahwa munculnya kilat lazimnya diawali adanya gejolak pergerakan awan di langit. Sebatas nalar yang dimiliki manusia menafsirkan bahwa gesekan-gesekan pergerakan awan di lapisan atmosfer mempolarisasikan muatan-muatan positif-negatif yang berlebih sehingga terjadi perpindahan muatan secara singkat dibarengi loncatan bunga api yang kita sebut kilat dan juga suara yang menggelegar di langit yang kita sebut suara guntur/halilintar.
Menurut penelitian bahwa muatan awan yang dilesakkan ke Bumi saat terjadi fenomena kilat, memiliki laju sekitar 100.000 coulomb/s. Tenaga potensial listrik per coulomb yang dilepaskan dapat mencapai 10 juta volt. Dengan potensi tersebut, selain tentu sangat berbahaya bagi kehidupan, tetapi sekaligus juga memberikan tantangan lebih lanjut bagi manusia untuk bisa memanfaatkannya.Instalasi listrik yang hadir dalam kehidupan kita merupakan salah satu model pemanfaatan atas pengetahuan manusia tentang fenomena kilat. Pastinya, masih tersimpan jutaan misteri yang masih bisa diungkap dan diambil manfaat atas fenomena kelistrikan kilat.
Ketika Berjumpa dengan Cambuk Malaikat
Lantas, apa yang sebaiknya kita lakukan ketika berjumpa dengan fenomena cambuk malaikat – kilat tersebut? Inilah salah satu contoh yang diajarkan sahabat Nabi ketika menjumpainya;
Abdulloh bin Az Zubair Rodhiallohu’Anhu mendengar petir, dia menghentikan pembicaraan, kemudian berdo’a: “SUBHANALLADZI YUSABBIHURRO’DU BIHAMDIHI WAL MALAIKATU MIN KHIIFATIH" (Maha Suci Alloh, yang petir dan para malaikat bertasbih dengan memuji- Nya karena rasa takut kepada-Nya). Kemudian beliau mengatakan: “Inilah ancaman yang sangat keras untuk penduduk suatu negeri”(HR. Malik dan Bukhori)