ATAP RUMAH JOGLO DAN SAYAP PESAWAT
oleh : Mikrajuddin Abdullah
(Dosen Fisika, ITB)
Saya baru saja naik bus dari Salatiga ke Kartosuro kemudian lanjut ke Jogja. Saya mengamati masih banyak sekali rumah atap joglo di Salatiga, Boyolali hingga Kartosuro, khususnya rumah lama. Secara ekonomi atap joglo lebih mahal dibandigkan atap biasa karena luas permukaan lebih besar sehingga butuh bahan lebih banyak. Secara teknik, pembuatan atap joglo lebih sulit dari atap biasa karena adanya pembelokan dan penyembungan kaso-kaso. Tetapi kenapa orang Jawa dulu membuat rumah atap joglo? Bentuk atap serupa juga ditemui pada rumah kebaya di Betawi.
Saya coba kaitkan atap joglo dengan bentuk sayap pesawat saat menyentuh landasan. Bagian atas sayap peawat dibuka dan dilipat ke atas. Akibatnya aliran udara dari depan membelok ke atas. Pembelokan tersebut menghasilkan gaya tekan arah ke bawah belakang. Sehingga muncul dua komponen gaya: ke bawah dan ke belakang. Komponen arah belakang menghasilkan efek pengereman. Komponen arah ke bawah meningkatkan gaya normal sehingga pesawat tidak mudah tergelincir.
Atap joglo mungkin menghasilkan fenomen serupa. Untuk atap biasa: jika ada angin kencang yang bertiup di atas atap maka tekanan udara di sebelah atas atap lebih kecil daripada di sebelan dalam atap (hokum Bernoulli). Akibatnya, atap mengdapat gaya dorong kea rah luar yang menyebabka atap bisa lepas. Namun, untuk atap joglo, terjadi pembelokan udara sehingga dihasilkn gaya tekan ke bawah. Pada atap joglo muncul dua gaya secara bersamaan: gaya Bernoulli ke arah luar dan gaya tekan udara ke arah dalam. Gaya tekan udara (akibat pembelokkan udara) mengurangi efek gaya Bernoulli sehingga atap tidak mudah epas.
Ini baru hipotesis yang perlu kajian lebih lanjut. Namun, yang jelas adalah apa yang dilaukan nenek moyang kita sudah merupakan “hasil eksperimen yang lama” yang tidak didokumentasikan secara ilmiah. Dalam rentang kehidupan ratusan tahun mungkin nenek moyang kita suda mencoba berbagai bentuk atap (sudah melakukan sejumlah percobaan) dan bentuk joglo lah yang paling stabil untuk kondisi angin kencang (puting beliung).