Oleh : Arif Alfatah As Srageny
Tadabur ayat semesta pada kajian kali ini adalah QS. Hud ayat 42-43, Alloh Subhanahu Wa Ta'ala berfirman;
Dan bahtera itu berlayar membawa mereka dalam gelombang laksana gunung. Dan Nuh memanggil anaknya, "Hai anakku, naiklah (ke kapal) bersama kami dan janganlah kamu bersama orang-orang yang kafir". Anaknya menjawab, "Aku akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memelihara dari air bah!". Nuh berkata, "Tidak ada yang melindungi hari ini dari adzab Alloh selain Alloh (saja) Yang Maha Penyayang". Dan gelombang menjadi penghalang antara keduanya, maka jadilah anak itu termasuk orang-orang yang ditenggelamkan.
'Informasi sains' yang bisa kita nalar dari ayat di atas adalah wujud gelombang terdiri atas gunung/bukit/puncak dan lawannya (lembah/dasar), maka dikenal konsep gelombang transversal.
Secara sederhana, telah kita ketahui bersama bahwa gelombang adalah getaran (usikan) yang merambat. Berdasarkan arah rambat - getarnya terbagi menjadi gelombang transversal dan gelombang longitudinal.
Gelombang transversal merupakan gelombang yang arah rambatnya tegak lurus dengan arah getarnya. Karakteristiknya terdiri dari adanya puncak/gunung dan dasar/lembah, contohnya: gelombang tali, cahaya.
Gelombang longitudinal merupakan gelombang yang arah rambat maupun getarnya searah. Karakteristiknya ada renggangan dan rapatan, contohnya: gelombang air, gelombang bunyi.
Apa Hubungan antara Iman dengan Gelombang?
Dalam ayat di atas, kata gelombang disandingkan dengan kisah anak Nabi Nuh (Rosul Pertama) 'Alaihi Salam yang ingkar terhadap dakwah ayahnya, pesan apa yang bisa kita kupas?
Hikmah pertama bahwa keimanan merupakan murni anugerah hidayah dari Alloh Tuhan Semesta Alam. Seorang anak Nabi tidaklah lantas pasti beriman dan seorang Nabi pun tidak kuasa memaksa memberikan iman pada seseorang, hatta keluarga atau kerabatnya sekalipun.
Iman manusia bagai gelombang, kadang naik hingga puncak keimanan dan terkadang turun hingga mencapai dasar. Setiap hamba yang sadar pasti merasakannya.
Iman seorang hamba akan naik jika melakukan ketaatan-ketaatan (fase rapatan) dan akan menurun jika melakukan kemaksiatan (fase renggangan).
Keimanan Jin dan Manusia berubah-ubah posisinya bagai gelombang transversal di antara keimanan Malaikat dan keimanan Syetan/Iblis.
Keimanan Malaikat selalu ajeg di posisi amplitudo positif keimanan manusia, sedangkan iman Syetan/Iblis selalu ajeg pada posisi amplitudo negatif keimanan manusia.
Apa itu Iman?
Iman adalah keyakinan dalam hati, ikrar persaksian dengan lisan, dan pembenaran dengan amalan anggota badan. Sehingga hati, lisan, dan badan merupakan kesatuan yang harus saling mendukung atas pengakuannya menjadi orang beriman.
Jika salah satu dari ketiga hal tersebut (hati, lisan, dan badan) tidak dihadirkan, maka pengakuan keimanannya palsu, dengan kata lain tidak pantas dia disebut orang yang beriman.
Perlu kita ketahui juga....
Hati seorang yang beriman akan mudah bergetar ketika bersentuhan dengan usikan-usikan keimanan berupa ayat-ayat qauliyah (alqur'an) maupun ayat kaumiyah (ayat semesta). Sebagaimana firman Alloh berikut;
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Alloh gemetarlah hati mereka dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Nya, bertambahlah iman mereka karenanya dan hanya kepada Robb mereka, bertawakal"(QS. Al Anfal ; 2)