Oleh Habib bin Hilal
Salah satu usaha penganut faham “flat earth” atau “bumi datar” untuk menjelaskan siang dan malam adalah dengan menyatakan bahwa matahari menyinari bumi seperti lampu senter. Matahari – kata kaum FE – tidak bersinar ke segala arah seperti yang kita lihat. Matahari hanya seperti “spot light” yang mengarahkan sinarnya ke satu wilayah tertentu saja di muka bumi yang datar seperti piringan CD. Dari sinilah tercipta siang malam, daerah yang tersinari “lampu senter” matahari mengalami siang dan yang tidak tersinari mengalami malam.
Sekilas, gambaran matahari seperti lampu senter di atas bisa diterima nalar. Namun, jika kita melihat kenyataan dinamika siang malam di muka bumi, kita akan segera melihat bahwa teori “matahari seperti lampu senter” tidaklah masuk akal.
Siang dan malam di setiap tempat di muka bumi ini tidaklah seragam. Sebagian tempat ada yang mengalami siang lebih panjang dari yang lain di hari yang sama. Bahkan di bulan-bulan yang berbeda, panjang siang malam berubah-ubah dalam satu tempat yang sama. Ini adalah fakta yang setiap orang bisa lihat dan rasakan.
Fakta panjang siang malam yang berbeda-beda tersebut akan sangat terasa di daerah yang dekat dengan kutub bumi. Mereka di belahan bumi utara mengalami siang yang pendek di sekitar bulan Desember di muslim dingin. Sebaliknya di belahan bumi selatan, orang mengalami musim panas dengan siang yang panjang. Bahkan di benua Antartika, matahari terlihat bersinar terus-menerus dalam 24 jam di sekitar bulan Desember tersebut.
Fenomena tersinarinya daerah Antartika selama 24 jam penuh dalam sehari tidak bisa dijelaskan dengan teori “lampu senter” atau “spot light” dari matahari untuk menciptakan siang dan malam. Gambar animasi siang malam dalam bentuk “bumi datar” di bawah ini menunjukkan daerah yang mengalami siang dalam satu hari di akhir bulan Desember. Terlihat bagaimana bentuk sinar matahari di muka bumi yang datar di bulan Desember. Bisakah bentuk sinar matahari seperti donat aneh ini dijelaskan dengan teori “lampu senter”?
Animasi di atas dibuat berdasarkan data peta bumi siang dan malam yang bisa dilihat di situs: timeanddate.com. Di situs tersebut kita bisa melihat peta siang malam untuk setiap hari selama setahun dan mengecek kapan matahari terbit dan terbenam di semua tempat di muka bumi. Dengan mencocokkan waktu terbenam terbit matahari di kota tempat tinggal kita, kita bisa mengecek sendiri kebenaran perhitungan dan peta yang ditampilkan di sana.
Siang Malam Karena Bumi Bulat
Sebaliknya, dengan pengetahuan mengenai bentuk bumi yang bulat, fakta bahwa pada akhir bulan Desember, matahari menyinari wilayah Antartika selama 24 jam sehari dapat dengan mudah dijelaskan dan digambarkan. Berikut ini adalah animasi perputaran bumi di sekitar bulan desember. Karena poros perputaran bumi miring, maka wilayah kutub selatan terus menerus menerima sinar matahari pada saat tersebut. Di bulan Juni, keadaan tersebut berbalik, kutub utara sekarang yang memperoleh sinar matahari terus menerus dalam kurun 24 jam.
Ada beberapa hal lain yang tidak bisa dijelaskan dengan mudah oleh teori “bumi datar” terkait matahari yang bersinar seperti lampu senter ini. Salah satunya adalah bulan yang bercahaya di malam hari. Dari mana bulan memperoleh cahayanya jika matahari hanya menyinari daerah yang mengalami siang seperti lampu senter? Dengan teori bumi datar tersebut, mustahil kita bisa melihat bulan di malam hari. Namun, faktanya tidak demikian.
Semoga bermanfaat.