Oleh: AR Sugeng Riyadi
Menurut Al-Qur’an, ternyata pergerakan Matahari itu dikatakan (cukup)
beredar saja dan tidak menyebut salah satu dari jenis pergerakan yang
selama ini kita kenal, yakni Heliosentris atau Geosentris, atau teori
modern sekalipun. Mengapa Al-Qur’an bersikap demikian..? Inilah rahasia
Allah yang menjadikan nilai-nilai dalam Al-Qur’an itu benar-benar
mukjizat…
Dari hasil penelusuran yang saya lakukan di perpustakaan, ternyata hasilnya seperti dalam abstrak di bawah ini:
Al-Qur’ân merupakan dasar pertama dan utama yang berisi informasi dan petunjuk yang mengarahkan manusia ke pemahaman yang benar termasuk di dalamnya pemahaman tentang pergerakan Matahari. Penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui apa konsep pergerakan Matahari menurut Al-Qur’ân.
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) dengan sumber utama Al-Qur’ān dan beberapa kitab tafsir yakni karya : Al-Thobarî, Ibn Katsîr, Al-Zamakhsyarî, Fakhruddin Al-Rāzî, Thanthawî Jauharî (Al-Jawāhir), Muhammad Quraish Shihāb (Al-Mishbāh), dan Kementerian Agama RI (Al-Qurān dan Tafsirnya). Metode pemahaman yang dipakai adalah metode tematik (metode mawdhû’i).
Kesimpulan yang penulis peroleh adalah sebagai berikut : (1). Konsep Pergerakan Matahari menurut Al-Qur’ân adalah Matahari bergerak atau beredar pada tempat peredarannya. Pergerakan ini serupa seperti peredaran Bulan yang akan kembali ke tempat permulaannya setelah melakukan satu kali peredaran. (2). Konsep Pergerakan Matahari menurut Al-Qur’ân adalah Matahari tidak disebutkan bergerak/beredar mengelilingi atau dikelilingi oleh Bumi. Hal ini akan memberikan jaminan kepastian kepada otentisitas kitab suci Al-Qur’an, dimana penemuan ilmiah manusia kapan dan dimana pun tentang Pergerakan Matahari tetap tidak akan mempengaruhi makna yang tertuang dari Al-Qur’ân. (3). Pergerakan Matahari menurut Al-Qur’ân memberikan manfaat bagi kehidupan manusia sehingga kehidupan ini dapat terus berlangsung. Karena bila Matahari diam, maka perubahan musim di Bumi tidak akan ada dan kehidupan di Bumi akan lebih cepat punah. (4). Pemahaman terhadap Pergerakan Matahari juga memberikan manfaat bagi ummat Islam untuk kepentingan ibadah mahdloh yakni penentuan awal waktu salat, arah kiblat, penyusunan taqwim dan kemunculan gerhana Matahari dan Bulan.
Sebagai seorang muslim, wajib beriman kepada kebenaran Al-Qur’ân yang
diturunkan Allah sebagai petunjuk bagi manusia. Al-Qur’ân sebagai
petunjuk manusia meskipun mengajak menusia untuk berfikir dan
merenungkan tentang alam akan tetapi tidak secara real memberikan
pengetahuan yang lebih rinci dan detail tentang bagaimana alam
berperilaku mengikuti sunnatullah sebagaimana disiplin ilmu sains, karena memang Al-Qur’ân bukan kitab sains.
Oleh karena itu konsep pemahaman Pergerakan Matahari harus
berdasarkan keyakinan terhadap kebenaran Al-Qur’ân yang mutlak sifatnya.
Dalam konteks ini, pemahaman bahwa Matahari mengelilingi Bumi
berdasarkan fakta dan realita pengalaman manusia sehari-hari dimana saat
pagi hari matahari terbit dari timur dan tenggelam di ufuk barat saat
senja hari tetap tidak sesuai dengan pernyataan yang sudah qath’i di
dalam kitab suci Al-Qur’ân. Begitu pula menurut perspektif yang lain,
dimana dengan adanya perkembangan teknologi pesawat luar angkasa yang
mampu menembus atmosfer Bumi dan menempatkan teleskop di luar angkasa,
kemudian dipahami bahwa Bumi mengelilingi Matahari pun tidaklah tepat
dan tidak sesuai dengan ketetapan yang sudah qath’i dari Allah.
Berdasarkan pada kajian terhadap ayat-ayat Pergerakan Matahari dan
juga pembahasan kitab-kitab tafsir (ilmiah) seperti dalam abstrak di
atas, maka saya berpendapat bahwa Paradigma berfikir yang tidak mengacu
kapada realita empirik dan fakta sains terkait dengan pemahaman
Pergerakan Matahari adalah tidak salah; karena justru dengan mengacu kepada sumber yang paling syar’i,
yakni kitab suci Al-Qur’ân, kebenaran akan tetap terjaga hingga akhir
zaman. Kebenaran yang disampaikan Allah dalam Al-Qur’ân sudah terbukti
tidak lapuk oleh perjalanan waktu. Di saat manusia meyakini bahwa Bumi
menjadi pusat pergerakan dan Matahari bergerak mengitarinya (teori geosentris),
Al-Qur’ân tidak serta merta dapat disalahkan karena memang di dalam
Al-Qur’ân telah termaktub bahwa Matahari melakukan pergerakan dan tidak
diam di tempat.
Di saat manusia meyakini bahwa ternyata yang sesuai ilmu pengetahuan
yang paling mutakhir (sains modern) adalah Bumi bergerak mengitari
Matahari (teori heliosentris), Al-Qur’ân juga tidak serta merta
dapat disalahkan, karena di dalam Al-Qur’ân tidak termaktub bahwa
Matahari dikitari oleh Bumi.
Allah sengaja tidak mencantumkan penyebutan secara eksplisit perihal
pergerakan Matahari agar keabsahan nilai-nilai yang terkadung di dalam
Al-Qur’ân tidak terpengaruh oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
peradaban manusia yang sangat tentatif. Inilah kebenaran yang dibawa
Al-Qur’ân, dan hanya Allah SWT yang mampu melakukan hal semacam ini.
Inilah salah satu nilai kemukjizatan kitab suci Al-Qur’ân dari sisi
metode penyampaian kepada ummat manusia.
Wa Allah a’lam …